Tidak terasa pada hari ini Rabu, 21 April 2021 sudah memasuki pada materi ke 8 di belajar menulis Gelombang 18. Materi kali ini adalah Buku Mahkota Penulis Buku Muara Tulisan yang dibawakan oleh Bapak H. Tamrin Dahlan, M. Si.
Biodata Bapak H. Tamrin Dahlan, M. Si
Beliau lahir di Tempino Jambi pada tahun 1952, purnawirawan Polri terakhir bertugas sebagai direktur Pasca Rehabilitasi BNN pangkat Kombes Pol. Pekerjaan sekarang sebagai dosen dan penulis serta pendiri Yayasan Pusaka Tamrin Dahlan.
Aktif menulis sejak tahun 2021 dan telah menerbitkan 37 judul buku. Motto : Penasehat Penakawan Penasaran.
Penyampaian Materi
“Sesungguhnya muara dari menulis adalah buku. Karena buku bersifat abadi dan menjadi alibi tak terbantahkan atas kehadiran seseorang di muka bumu” Tamrin Dahlan
Tulisan tulisan itu ibarat air mengalir . Tetes demi tetes bergabung menjadi satu, mangalir jauh mencari tempat terendah akhirnya bermuara di lautan. Itulah Buku. Sejatinya buku adalah kumpulan tulisan nan terserak. Selaiknya karya gemilang, olah pikir perlu diselamatkan menjadi kitab.
Semua Orang Punya Buku
Tanpa kita sadari setiap orang sebenarnya sudah pasti memiliki buku. Buku dalam artian tercantum namanya di sampul / cover depan buku. Paling tidak dia pernah sekolah di tingkat paling rendah sekolah dasar. Itulah buku catatan tentang prestasi diri si murid, hanya saja buku dituliskan oleh Bapak Ibu Guru yang baik hati dalam bentuk raport. Menginjak pendidikan menengah SMP, SMA, SMK para pelajar dan siswa sudah di wajibkan menyusun karya tulis walaupun terkadang berupa kerja kelompok namun makalah itu dijilid jadilah buku.
Ketika di Perguruan Tinggi, kualitas buku seorang sarjana itu memiliki harkat terhormat. Bersebab buku yang dinamai Skripsi, Tesis dan Disertasi diterbitkan setelah melalui proses panjang penelitian, pembimbingan dan kemudian di uji hadapan Sidang Majelis Kehormatan Para Guru Besar Universitas,
Jelas sekarang nama anda sudah ada disampul depan buku ilmiah. Tersimpan abadi di perpustakaan kampus. Menjadi kebanggaan dan bukti tak terbantahkan bahwa anda berhak menyandang gelar kesarjanaan secara legal. Pengakuan formal seorang akademisi sebagai pemenuhan kewajibkan memiliki buku. Satu saja yang belum terlekat di cover belakang buku yaitu ISBN (international standard book number)
Buku Pribadi
Setelah memiliki 3 buku (D3, S1 dan S2) kali ini saya akan lebih banyak berkisah bagaimana seorang anak desa Tempino Jambi bisa memiliki 37 judul buku. Semua berangkat dari motivasi ingin meninggalkan sesuatu nan abadi di muka bumi. Kata seorang teman secara berseloroh janganlah pulak nama awak hanya tertulis di Buku Yasin dan Batu Nissan.
Buku (saya lebih suka menyebut kitab) adalah keabadian nan memiliki masa berlaku (expired date un limited) tak terhingga bahkan sampai hari kiamat. Oleh karena itu setelah ketika mamasuki usia pensiun tahun 2010 timbul persoalan baru bagaimana mengisi waktu luang yang begitu lapang dan panjang. Bersebab waktu luang yang tak habis kerena memberikan kuliah saya dianjurkan oleh keluarga untuk menulis dari pada termenung menung.
Tanggal 19 Agustus 2010 mulai menulis di media sosial kompasiana.com. Terbata-bata, berkeringat, resah gelisah, kuatir. Apakah awak pantas menjadi penulis di media besar berpenghuni hebat. Alah bisa karena biasa. Bukan lagi memaksa diri tetapi total tertantang. Kenapa tidak bisa mengikuti jejak Ibunda Hajjah Kamsiah binti Sutan Mahmud (Almarhumah). Seorang keturunan Minangkabau yang diberkahi talenta mahir menulis.
Motto penasehat, penakawan dan penasaran, diniatkan menulis berbagi kebaikan. Saya merasakan masuk ke dunia baru yang sangat mengasyikkan. Di sinilah inspirasi dan aspirasi serta angan-angan di pentaskan baik dalam bentuk reportase, opini dan fiksi. Tiga jenis tulisan ini mengalir bak air bah sampai-sampai saya masuk ke kategori addict (kecanduan menulis).
Kiat Menulis
Salah satu kiat kenapa bisa menulis 1 artikel setiap hari ialah jargon sekali duduk jadi. Sesungguhnya tulisan itu memenuhi kaedah sebuah artikel ketika mencapai 7 paragraf. Jangan pernah meninggalkan tulisan, sudah bisa dipastikan tulisan itu tidak akan pernah tuntas. Duduklah, paksakan diri tulisan wajib selesai tak peduli salah ketik (ada proses edit). Nanti saja bicara kualitas bersebab indikator bagus tidaknya tulisan sangat subjektif dan variatif..
Melalui metode sekali duduk jadi, lambat laun proses menghasilkan sebuah tulisan seiring berjalan waktu kini hanya membutuhkan waktu kurang dari 40 menit. Kita menulis puisi hanya memerlukan 10 menit asalkan suasana hati sedang mood dan terkait dengan situasi kekinian yang terjadi menyangkut ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya hankam (ipoleksosbudhankam) dalam atau luar negeri.
Ketika menulis reportase taati kaedah 5 W 1 H. (what, where, wheb, why, who and how). Sebagai bukti liputan original asli tampilkan pula foto selfie bersama teman/keluarga misalnya anda sedang wisata di Borobudur, Menara Eiffel atau Ibadah Umroh Masjidil Haram. Bisa juga memposting laporan setelah mengikuti satu event webinar. Saya lebih banyak menulis reportase kehidupan masyarakat. Inilah sumber inspirasi tak pernah habis yang senantiasa menghampiri diri apabila jeli melihat fenomena lingkungan. Jadilah sebuah tulisan bergenre humaniora yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca.
Kenapa pula tidak menulis tentang opini. Saya merasa babak belur ketika menulis dan menerbitkan Buku Prabowo Presidenku (2014). Padahal ketika posting artikel genre opini sudah berupaya menghindari menghakimi orang lain apalagi institusi. Mempertahankan objektivas, hindari hoax dan selalu memihak kepada kebenaran. Menulis opini tak elok pula hanya ngomel, pada paragraf terakhir sertakan solusi, berupa saran pendapat membangun untuk mengurai permasalahan yang sedang dibahas.
Tiga Rahasia Menulis
Berdasarkan pengalaman saya merasakan kejaiban 3 rahasia terkait dunia jurnalistik.
Rahasia ke 1 : Ternyata setiap tulisan itu memiliki Roh. Roh dalam artian tulisan itu hidup dengan syarat karya ketik di syiarkan ke media sosial. Tulisan anda dibaca apalagi diberi komentar (terlepas tanggapan baik atau mencemooh) maka anda sudah berhasil menjadi penulis non buku harian. Tahu sendirilah zaman dahulu kala anak mansuia acap menulis di album kenangan.
Buku harian itu dia nikmati sendiri, ketika membaca, tertawa, menangis, menyesal dalam seribu satu kenangan. Zaman itu telah lewat kini saatnya kuatkan niat berbagi denghan hatrapan bermanfaat dan penulis mendulang pahala melalui pekerjaan menuliss. Yes tulisan memiliki Roh, jangan ragu share ke Faecbook, whats app, dan media lainnya sehingga anda dikenal sampai satu saat menjadi terkenal.
Rahasia ke 2 : Buya Hamka meninggalkan pesan bermakna Biarlah tulisan mu itu membela dirinya sendiri, biarlah bukumu itu mengikuti takdirnya. Saya membuka rahasia tersebut ketika buku Bukan Orang Terkenal entah bagimana jalannya sampai di Bapak Prabowo. Singkat cerita saya mendapat kehormatan menjadi Penulis Resmi PartaiI Gerindra selama masa kampanye 2014. Terbitlah buku Prabowo Presidenku. Best seller sampai dibajak.
Rahasia ke 3 : Profesi jurnalis atau katakanlah kami wartawan amatir mendapat kesempatan dijamu makan siang di Istana Merdeka. Tak terduga bahkan tidak terpikirkan mimpipun tidak bisa berpidato di hadapan Presiden Jokowi. Bukankah anugerah ini merupakan kebanggaan rakyat. Bersebab menulis mampu menembus batas birokrasi dan bisa bertemu dnegan tokoh nasional.
Buku Muara Tulisan
Ketika tulisan sudah mencapai 500 artikel dengan segala suka duka mendapat aspirasi dan cemoohan kemudian terpikir kenapa tulisan nan terserak itu tidak dijilid. Istilah kumpulan tulisan dijilid resmi ber ISBN bolehlah berbangga di sebut kitab atawa buku. Tahun 2012 terbitlah buku perdana berjudul Bukan Orang Terkenal.
Saking besarnya keinginan memiliki nama disampul buku seperti juga Buya Hamka (guru Imajiner) saya menerbitkan buku berbayar di satu penerbit Jogyakarta. Apalah awak ini mana pula ada penerbit major bersedia menerbitkan buku seorang penulis amatir belum punya “nama”. Judul buku pertama itu sebenarnya bentuk unjuk rasa yang ditujukan kepada diri sendiri.
Bersebab tulisan nan terserak semakin banyak maka proses menerbitkan buku semakin mudah. Ibarat menjilid makalah tak terasa jumlah buku tahun 2019 mencapai 20 kitab. Uni Husna Bundo Kanduang menganjurkan menerbitkan buku sendiri. Terbentuklah Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) 19 Juli 2019. Visi misi fokus dibidang pendidikan dan sosial kemasyarakatan fokus membantu menerbitkan buku para penulis ber ISBN tanpa biaya alias gratis.
Demikian resume ke pada belajar menulis gelombang ke 18 pada hari Rabu 21 April 2021 dengan Materi Buku Mahkota Penulis Buku Muara Tulisan dengan pemateri Bapak Tamrin Dahlan, M. Si.
P