Puasa Bagi Anak-Anak | Obrolan Kang Trubus

“Kulanuwun…” Kang Sutris memberi salam setelah sampai di depan pintu rumah Kang Trubus.

“Mangga… Mari masuk Kang Tris” sahut Kang Trubus mempersilakan masuk Kang Sutris.
“Tidak usah Kang, di sini saja di teteras lebih adem”, jawab Kang Sutris.
“O.. Ya mangga silakan duduk.” Kang Sutris yang membawa stof map di gulung dipersilakan duduk di teras rumah karena menolak masuk.
“Ada apak kang kelihatannya ada yang mau disampaikan?” lanjut Kang Trubus.
“Ini, saya ada tugas dari pak RT memintai sumbangan untuk acara bulan depan” jelas Kang Sutris.
“Jadi sudah mulai penggalangan dana to?” tanga Kang Trubus sambil merogoh kantiong sakunya ikut berpartisipasi dalamg acara yang akan digelar bulan depan tepatnya setelah Hari Raya Idul Fitri.
“Iya kang biar tidak buru-buru,” sahut Kang Sutris.
Tiba-tiba dari balik pintu muncul Karto anak ragil Kang Trubus yang berusia 9 tahun sedang menyantap es krim. Tatapan mata Kang Sutris berubah agak aneh sambil memperhatikan Karto.
“Maaf kang, omong-omong si Karto tidak puasa? Ini kan bulan Ramadhan bulan mulia?” Akhirnya ga tahan juga Kang Sutris menahan pernasarannya. Mengapa Karta anak bungsu Kang Trubus tidak puasa, sedangkan Kang Trubus dikenal taat dalam beragama.
“O… itu. Kemarin sudah hari pertama satu hari penuh,” jawab Kang Trubus enteng.
“Tapi sekarang ko tidak, apa tidak berdosa ? Anak saya si Jino saya paksa untuk terus puasa. Itung-iitug untuk latihan jika sudah dewasa.” Kang Sutris masih pada pendiriannya bahwa anak kecil disuruh belajar puasa sejak dini.
“Begini ya Kang, kenapa si Karto tidak saya suruh puasa. Usia anak-anak merupakan usia masa pertumbuhan,  memaksakan anak-anak berpuasa saat usia 8 atau 9 tahun dan mereka berpikiran itu perbuatan yang berpahala padahal yang demikian adalah perbuatan aniaya.” Berusaha Kang Trubus menjelaskan.
“Tapi Kang… Bukankah lebih baik mengajarkan untuk beribadah sejak kecil?” lanjut Kang Sutris.
“Betul, banyak ibadah yang bisa diajarkan untuk anak-anak tanpa mengganggu masa pertumbuhan yang berdampak pada keadaan jasmaniahnya, contohnya tersenyum. Tersenyum biarpun hal sepele termasuk ibadah yang jika diajarka pada anak-anak akan menanamkan sikap saling menghargai dan saling mengasihi.” Kang Sutris menangguk-angguk tanda mulai mengerti.
“Jadi merupakan tanggung jawab orang tua untuk mencegah anak-anak mereka yang masih kecil berpuasa. Nantinya, ada masanya setelah anak mereka bertumbuh besar, para orang tua ini harus mendorong anak-anak tersebut untuk berpuasa selama beberapa hari, yang pada akhirnya satu bulan penuh setelah usia mencukupi.” lanjut Kang Trubus.
“Jadi bagaimana cara mengajarkan anak berpuasa tanpa membebani itu kang?” Kang Sutris masih penasaran pada pendapat Kang Trubus yang agak berbeda dengan kebanyakan pendapat orang-orang tua pada umumnya.
“Sebagai bahan latihan bisa dengan memperhitungkan batasan usia anak juga kang, contohnya yang saya ajarkan pada anak-anak,
Usia 7-8 tahun : jika dapat berpuasa 1 hari
Usia 8-9 tahun : berpuasa 1 hari
Usia 9-10 tahun : berpuasa 2 hari
Usia 10-11 tahun : berpuasa 5 hari
Usia 11-12 tahun : berpuasa 7 hari
Usia 12-13 tahun : berpuasa 10 hari
Usia 13-14 tahun : berpuasa 15 hari
Usia 14-15 tahun : berpuasa 20 hari
Usia 15-16 tahun : berpuasa sebulan penuh
In Sya Allah dengan latihan sesuai batasan umur seperti itu tidak akan membebani dan tidak akan berpengarus pada tumbuh kembang anak.” Dengan rinci Kang Trubus menjelaskan bagaimana menerapkan latihan puasa Ramadhan pada anak-anak.
“Iya paham kang, Matur Nuwun wejangane sampean. Mudah-mudahan barokah Dunia Akhirat.” Merupakan pengetahuan yang sangat berharga bagi Kang Sutris atas obrolan dengan Kang Trubus.
“Kalau begitu saya permisi pamit dulu mau melanjutkan tugas,” Kang Sutris berpamitan untuk melanjutkna tugas yang diembankan oleh atasannya.


Sampit, 24 April 2020

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *