Kita bisa mengatakan bahwa sehat adalah anugerah yang tiada tara nikmatnya jika kita telah diberi sakit. Bukan suatu ungkapan yang bijak jika saya katakan bahwa sehat adalah rezeki yang tiada tara nikmatnya.
Berawal dari Hari Raya Idul Adha. Seperti biasa aku diperbantukan untuk menjadi panitia pemotongan hewan qurban di Mushalla Al Munawarrah.
Dengan jam terbang yang sudah lumayan lama dalam menguliti sapi dan menyayat daging, tidak terasa aku dapat 2 sapi dalam menguliti. Memang tidak sendiri tapi dengan beberapa tenaga lainnya juga.
Selesai menunaikan tugas, baru terasa bahwa badan agak melayang. Kurebahkan di teras Mushalla sambil menunggu yang lain menyelesaikan sisa-sisa pekerjaan yang tinggal merapikan.
Tidak tahan dengan keadaan maka sepulang dari Mushalla Al Munawarrah aku berebah di lantai dua dwngan semilirnya kipas angin yang kuhidupi.
Sampai pada akhirnya 2 hari setelah Hari Raya Idul Adha aku hanya bisa terbaring tanpa bisa melakukan kegiatan apa apa.
Pada hari ke 3 atau Jumat aku mulai bisa melakukan kegiatan. Tapi karena hari Jumat jadi antar jemput mengaji libur.
Kejadian yang tiada terbayangkan sebelumnya bahwa pada hari kamis 29 Juli 2021, seperti biasa antar jemput si bungsu mengaji yang jaraknya dari rumah 3 km. Jarak yang lumayan jauh jika ditempuh dengan badan masih belum fit.
Giliran jemput pada pukul 16.50 WIB, tapi waktu itu masih 16 30 WIB ada masih ada waktu 20 menit untuk melemaskan badan.
Aku terbangun ketika hari sudah gelap, waktu juga sudah menunjukan 18.05 WIB. Aku bingung, sudahkah si bungsu di jemput ? Kucari si bungsu ditempat-tempat yang biasa tempat nge-game.
Tapi aku baru sadar, aku belum menjemputnya, sementara hari sudah malam. Tanpa pikir panjang kupacu kuda besi dengan kecepatan ekstra, menjemput si bungsu yang terlupa.
Alhamdulillah sampai tujuan si bungsu masih menunggu dengan wajah polosnya