Secara harfiah konflik berarti percekcokan, perselisihan, dan pertentangan. Sebuah novel/ cerpen atau cerita fiksi lainnya, tanpa konflik hanya akan menjadi sebuah cerita yang membosankan. Ibarat sayur, konflik adalah garamnya. Sayur tanpa garam akan berasa hambar, namun terlalu banyak juga tidak enak. Konflik adalah penggerak para tokoh dalam cerita, membuat cerita mengalir dengan dinamis. Konflik menjadikan pembaca memahami jalan pikiran si tokoh dan bersimpati dengan pilihannya.
Konflik tidak harus ditampilkan dalam bentuk fisik, seperti perkelahian, bunuh-bunuhan, tapi bisa juga dalam bentuk konflik batin, seperti pertentangan antara baik dan buruk, benar atau salah.
Jika dikatagorikan, ada beberapa konflik yang bisa kita angkat untuk menambah nikmatnya sajian cerita yang kita tulis,
1. Konflik individu
Yaitu konflik batin. Konflik ini biasanya pergulatan batin antara baik dan buruk yang akan menjadi pilihan. Jika penyajian konflik ini disajikan secara tepat dan pas, maka akan membawa emosi pembaca seperti apa yang dituliskan dalam cerita.
2.Konflik Individu dengan individu lainya
Konflik ini sudah umum digunakan dalam cerita fiksi baik novel maupun cerpen. Konflik ini bisa berupa pertentangan dalam dialog, maupupn adu fisik. Jenis konflik ini jika kurang tepat dalam penggunaan akan terasa monoton dan bisa membosankan pembaca.
3. Konflik individu dengan masyarakat
Konflik akan menarik dan mencekam, jika seseorang berkonflik dengan masyarakat tertentu. Muatan konflik ini akan bisa membawa emosi pembaca untuk menghayati cerita yang disajikan.
4. Individu dengan alam
Konflik individu dengan alam juga sangat menarik dijadikan konflik dalam cerita. Bisa berupa kejadian gempa bumi, gunung meletus, wabah penyakit dan lain sebagainya.
5. Indifidu dengan adikodrati
Jenis konlik ini biasanya cocok untuk cerita horor yang memuat kekuatan supranatural. Bisa juga seperti mitologi Yunani dimana seorang karakter bertemu dengan Dewa dan saling berinteraksi. []