Kembali
Hari yang selalu ku hitung setiap hari
Dimana orang tua tempat tertepat untuk membangun kemistri
Keluarga tempat ternyaman untuk berdiskusi
Dan rumah adalah tempat untuk kembali
Semua sudah tersusun secara strategis
Dengan harapan dapat terealisasi
Tetapi, keraguan selalu datang dan pergi
Takut diri ini tidak sesuai dengan ekspektasi
Dari para bibir yang tidak berhati
Saat mereka memberikan patokan yang idealis
Untuk ku yang seorang santri.
Selalu berusaha meyakinkan hati
Atas hebatnya potensi diri
Adalah caraku untuk bisa percaya diri
Bahwa semua insan memiliki keistimewaan tersendiri
Tanda kasih sayang dari sang Ilahi
Singgah
Hitam legam ditemani guntur
Bermimpi tentang rasa yang diharap tak mungkin luntur
Berhasil membawa kembali kepingan memori
Tentang bahagia berdua sepanjang hari
Menghanyutkan pikiran tentang masalalu
Saat renjana menghiasi kalbu
Terhanyut sajak yang membuat candu
Seolah hari tidak akan pernah berlalu
Hingga tak sadarkan akan saling membuat batas
Tak sadar saling menghempas
Hingga akhirnya saling melepas
Dan terucaplah kata ikhlas
Yang berlayar sudah menepi
Yang berlari sudah berhenti
Yang bertamu sudah pergi
Meninggaalkan perih yang telah disinggahi
Tikus Negeri
Berdasi dan berjas
Berkemeja rapi dan staylis
Rupa lebih utama dari aksi
Aspirasi pun hanya dilintasi
Awalnya menjadi bijak
Berakhir dengan tamak
Indonesiaku cepat membaik
Dari para ahli politik
Yang selalu membawa polemik
Hak Diri
Menapakkan kaki diantara duri
Terguyur air mata yang tak henti
Tersayat oleh belati
Semua diluar kendali
Dunia ini kejam
Untuk manusia yang tak berkembang
Dunia ini baik
Untuk manusia yang terdidik
Perjuangkan hak diri
Hingga tiada yang mengusik
Dear Diary
Tidak tau lagi
Telah berapa pena yang kubeli
Tidak tau lagi
Telah berapa banyak garis buku yang kuisi
Tidak tau lagi
Telah berapa sering kata rindu yang kuukir
Buku ku menjadi saksi bisu atas segala kondisiku
Yang tak bisa kulontarkan satu persatu
Sumber:
http://www.rumahliterasisumenep.org/2022/01/puisi-puisi-ifa-lira-safrina-kotim.html