Dasar Penulisan

Hari ini Jumat 09 April 2021 merupakan pertemuan ke tiga pada Belajar Menulis Gelombang ke 18. Nara sumber kali ini adalah Ibu Rita Wati, S. Kom. yang membawakan materi Dasar Penulisan. Materi ini sangat penting bagi para pemula yang mulai belajar untuk menulis, Tapi sebelum kita ke resume dari materi yang disampaikan ibu Rita Wati, S. Kom. terlebih dahulu mari kita simak profil lengkapnya.

Profil Ibu Rita Wati

Bu Rita Wati lahir di Tanjung Pinang 40 tahun silam. Beliau adalah seorang pendidik yang penuh semangat dan seorang pembelajar sepanjang hayat. Saat ini Ibu Rita berprofesi sebagai Teacher, operator, writer, kurator dan blogger. Motto hidupnya adalah Setelah kesulitan pasti ada kemudahan dan Belajar sepanjang hayat. Saat ini Ibu Rita menekuni dunia literasi dan blog dengan bergabung di Komunitas Belajar Menulis bersama Om Jay, AISEI Writing Club bersama Dr. Capri Anjaya, Komunitas Sejuta Guru Ngeblog dan Komunitas Cakrawala Blogger Nasional.

Buah pena yang sudah diterbitkan sebagai bukti kecintaan terhadap literasi meliputi:

1. Tiga buku solo pada tahun 2020 yaitu: 25 Trik Jitu Menulis dan Menerbitkan Buku, Merajut Asa Sejak Belia dan 25 Tutorial Pembelajaran Daring dan Luring.

2. Tahun 2021 Terbit Buku Solo Antologi Cerpen Tiara Buku duet bareng Prof Eko Indrajit tentang Manjemen Kelas Online juga telah dinyatakan lolos tanpa revisi.

3. Beberapa buku Antologi Pena Digital Guru Milenial, Pesona Kearifan Lokal Nusantara, Kurikulum Ngumpet.

Pengalaman menjadi kurator dalam buku antologi The Meaning Full True Stories, Senandung Guru 1 dan 2 dan saat ini sedang menangani Pesona Nusantara (Antologi Khasanah Wisata Alam dan Sejarah Indonesia)

Itulah profil Ibu Rita Wati, S. Kom dengan segudang perstasinya yang ternyata juga alumni Belajar Menulis Gelombang 10.

Menulis Susah ?

Sebelum Ibu Rita menyampaikan materinya satu pertanyaan yang diajukan adalah, kira-kira menulis itu susah apa tidak? Jika susah apa penyebabnya? Yang dilanjutkan dengan pernyataan

Apakah ini yang menyebabkan Bapak/ Ibu susah menulis

1. Susah ide.
2. Miskin kosa kata.
3. Sulit merangkai kata.
4. Susah memulai.
5. Bingung mau menulis apa.
6. Tidak percaya diri.
7. Merasa tulisannya jelek.
8. Merasa tulisan tidak layak untuk di baca.

Jawabannya adalah menulis, menulis, menulis demikian pembuka materi yang disampaikan oleh Ibu Rita.

Unsur 5W1H Rumus Menulis

Apakah rumus 5W1H ? Bagi yang berlatar belakan seorang jurnlis atau pernah mengikuti pelatihan jurnalis, unsur 5W1H bukanlah hal yang asing. Karena unsur tersebut meruakan landasan dasar dalam setiap menulis artikel.

Unsur 5w1H adalah;

What (apa)
Peristiwa apa yang sedang terjadi? Apa dampaknya? apakah peristiwa tersebut menimbulkan kerugian?

Where (dimana)
Dimana kejadian/ peristiwa yang diceritakan

When (kapan)
Kapan kejadian dari peristiwa yang diceritakan

Who (siapa)
Memfasilitasi untuk memberikan informasi seputar orang-orang yang terlibat dalam cerita yang yang tulis.

Why (mengapa)
Suatu peristiwa pasti terjadi bukan tanpa alasan.

How (bagaimana)
Penggunaan unsur how ini akan membantu pembaca memahami alur cerita

Setelah memahami dari unsur 5W1H tersebut ditas kita telah memppunyai modal untuk bisa menulis baik itu fiksi atau karya ilmiah, karena kedua-duanya terkena unsur tersebut.

Kesalahan Para Penulis Pemula

Pada penulis pemula, kekeliruan yang banyak terjadi adalah sering salahnya memakai tanda baca yang dipakai. Baik penempatan titik, koma, tanda seru, tanda tanya dan lain-lain.

Selain kesalahan tanda baca yang dipakai, para penulis pemula juga terkadang menggunakan kata yang tidak baku, walau maksud dan dan maknanya sama. Dengan sering berlatih menulis disertai membaca, kekeliruan semacam ini lambat laun akan teratasi dengan sendirinya.

Terlalu panjang paragraf juga sering menjadi kekeliruan para penulis pemula. Idealnya, sebuah paragraf berisi 5 sampai 10 kalimat, dan 1 kalimat pada kalimat percakapan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Penggunaan huruf kapital/ besar
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
Contoh :
• Dia sedang mengikuti pelatihan menulis.
• Hari ini pertemuan ke-3 kelas belajar menulis gelombang 18.

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.
Contoh :
• Sukarno
• Dayang Sumbi
• Raden Ajeng Kartini

c. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.
Contoh :
• “Ayo kita pulang Bu!” Rengek Joni pada ibunya.

d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
Contoh:
• Islam, Alquran, Kristen, Alkitab, Hindu, Weda.
• Allah selalu bersama hamba-Nya.

e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh :
• Saya telah membaca buku Merajut Asa Sejak Belia.
• Tulisan itu di muat dalam koran Radar Bali.

g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan.
Contoh :
• S.H. = Sarjana Hukum
• S.Kom. = Sarjana Komputer
• Dt. = Datuk
• Tb. = Tubagus

2. Penggunaan di

Sebagai imbuhan (tidak dipisah)

Kata di- menunjukkan fungsi sebagai imbuhan, kata di- diikuti dengan pembentuk kata kerja pasif. Artinya, penulisan di jenis ini dinilai tepat jika kata kerja pasif bisa diubah menjadi kata kerja aktif (dengan imbuhan me-).
Contoh : ditinggalkan (bisa diubah jadi meninggalkan), ditulis (bisa diubah jadi menulis), diingat (bisa diubah jadi mengingat)

Sebagai kata depan (dipisah)

Penulisan di dipisah jika:
• Kata di menunjukkan fungsi sebagai kata depan. Berarti ia harus dipisah dari kata belakang.
• Kata di diikuti dengan kata lain selain kata-kata pembentuk kata kerja pasif. Kata di jenis ini bisa diikuti dengan nama tempat, waktu, nama orang, penunjuk lokasi, dan lain sebagainya, serta tidak bisa diubah menjadi kata kerja aktif.
Contoh: di sini (tidak bisa diubah jadi menyini), di siang hari (tidak bisa diubah jadi menyiang hari), di dirimu (tidak bisa diubah jadi mendirimu).

Kesimpulan di sebagai imbuhan + kata kerja (maka penulisannya serangkai) selain itu terpisah.

3. Tanda seru
Tanda seru (!) dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
Contoh:
• Alangkah indahnya pemandangan di Nusa Dua!
• Ayo belajar!

Itulah isi materi yang disampaikan ibu Rita Wati, S. Kom. hari Jumat tanggal 09 April 2021 pada pertemuan ke 3 Belajar Menulis Gelombang 18 dengan materi Dasar Penulisan.

4 thoughts on “Dasar Penulisan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *