Memahami Showing dan Telling

Apa itu Showing dan Telling dalam sebuah cerita ? Pada post kali ini, kita akan membahas masalah tentang showing dan telling yang diterapkan di berbagai cerita, baik cerita pendek, novel dan sejenisnya.

Showing adalah narasi yang bertujuan untuk membuat pembaca merasa bahwa mereka berada di dalam cerita, sama-sama merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh utama. Jenis narasi ini dibuat untuk menunjukkan detail adegan hingga si pembaca mampu melihat apa yang dilihat oleh pengarang di dalam pikirannya.

Telling adalah narasi yang menunjukkan informasi yang jelas atas si tokoh atau keadaan tertentu.

Perbedaannya dapat dilihat dari contoh berikut ini.

Telling: Temperatur kembali menurun, dan lapisan es merefleksikan bayang cahaya matahari.

Showing: Hidung Billy memerah di antara udara dingin yang melingkupi, sedangkan matanya menyipit saat melihat pantulan cahaya matahari dari jalanan berlapis es.

Telling: Suzie buta dan tuli.

Showing: Suzie berjalan perlahan-lahan sembari menyentuh ujung kursi taman dengan satu tangan; sebuah tongkat putih berlapis pita merah tergenggam di tangan lainnya.
(tongkat putih dengan pita merah menunjukkan si pengguna adalah tunanetra dan tunarungu)

Kapankah teknik showing digunakan?

  1. Saat menjelaskan kepribadian tokoh: ditunjukkan melalui aksi, respons terhadap tokoh lain, kebiasaan dan rutinitas
  2. Saat menunjukkan emosi: ditunjukkan melalui gerak tubuh, pemikiran tokoh, juga melalui aksi, dialog serta pengambilan keputusan yang emosional.
  3. Saat menunjukkan pertanda: terutama ketika memberikan petunjuk tentang kejadian masa depan.
  4. Saat membangkitkan mood / suasana hati: tunjukkan perubahan suasana hati tokoh dengan menggunakan cuaca, serta pertanda-pertanda tertentu yang berkaitan/dapat mengubah suasana hati tokoh
  5. Saat mengungkapkan hal yang penting: tunjukkan bahwa hal itu berharga, diinginkan semua orang ataupun penting bagi banyak orang. Ungkapkan lebih banyak mengenai hal penting tersebut, sehingga pembaca tahu bahwa benda tersebut sangat spesial.
  6. Di dalam setiap setting/latar: Deskripsikan setting dengan teknik showing agar tampak hidup dan mampu dibayangkan oleh pembaca. Anda juga bisa menggunakan sudut pandang tokoh untuk ikut menjelaskan setting.
  7. Saat tokoh berbagi pengalaman: Jika Anda ingin pembaca merasakan apa yang tokoh rasakan, tunjukkan detail melalui penjabaran emosi dan perasaan tokoh.
  8. Saat bercakap-cakap dengan tokoh lain: Saat membuat dialog, jangan berpatokan pada dialog tag saja. Tunjukkan perasaan dan emosi tokoh utama melalui reaksi emosional, gerak tubuh, dan intonasi suara tokoh. Hal ini akan membuat percakapan menjadi lebih hidup dan nyata.

Sedapat mungkin, tulislah cerita menggunakan teknik showing, agar dapat menarik perhatian pembaca dan memberikan gambaran yang lebih baik terhadap cerita. Namun, ada kalanya pengarang perlu menggunakan teknik telling untuk meringkas cerita. Kapankah itu perlu dipakai?

Jika adegan tidak memiliki nilai yang dapat mendorong pergerakan plot, tidak berisi konflik ataupun ketegangan antar tokoh, teknik telling sangat disarankan.

Sebagai contoh, katakanlah Anda harus membuat adegan si tokoh utama pergi ke sebuah pertemuan penting sebelum terjadi percekcokan besar di dalam pertemuan tersebut, yang dapat mempengaruhi stabilitas perusahaan.

Dari pada menuliskan beberapa lembar hanya untuk menuliskan langkah-langkah si tokoh mulai dari bangun tidur, mandi, berpakaian, menaiki taksi untuk pergi ke kantor, lalu berjalan sampai ke ruang pertemuan, Anda bisa menuliskan seperti ini:

Casey menatap ruang pertemuan yang telah dipenuhi oleh para petinggi perusahaan. Mendadak, kegugupan melanda hingga tangan gadis itu berkeringat. Sial. Apakah penampilannya sudah cukup rapi? Salahkan pemanas air yang tak bekerja dan taksi sialan yang membuatnya hampir terlambat datang ke kantor.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *