Suara Hati Tuti Arisanti

Rindu Ibu
Oleh : Tuti Arisanti

Mampuku menyakitimu
Bisaku membuatmu tersedu
Aku yang tak pernah bisa membedakan
Akan artinya tangisanmu
Sedihkah atau bangga kah
Tumpah
Tak mencoba Aku bertanya

Yang Aku tahu
Aku selalu menuntutmu mengerti
Memahami sepenuh arti
Yang ternyata membuatmu kian tersakiti

Kini, semuanya telah terlewati
Hangat pelukmu
Manis senyummu
Kasih cintamu
Tinggallah cerita yang hanya bisa kami sesali

Bunda ku..
Aku rindu..
Dua tahun berlalu pergi tinggalkan aku
Hidup ini sepi tanpamu.

Di pemakaman ini
Hanya bisa kami berdiam diri
Merenungi semua jerihmu untuk kami
Tanpa pernah berharap kami menggant

Ibu yang air susumu
Mampu menghidupi
Yang darahmu mengalir di tubuhku
Yang semangatmu tertanam di semua gerakku
Yang kecerdasanmu diwariskan kepadaku
Yang kepedulianmu
Mempengaruhi hidupku
Yang bahagiamu selalu menyertaiku
Banggaku padamu
Meluruhkan aroganku
Cintaku padamu
Melumat egoku

Rindu Ibuku dan Bapakku.
Selamat hari ibu
Renungan Hari Ibu ke 90

Rumah
Oleh : Tuti Arisanti

Aku tempat hunian
Untuk berlindung dari berbagai cuaca yang berubah
Panas, dingin, kemarau dan musim penghujan

Orang memanggilku rumah
Mau bentukku mewah atau sederhana, namaku tidak berubah
Berubah jadi sadis ataupun manis imut-imut
Apapun kondisinya, ya tetap rumah namaku
Hanya di belakang namaku biasanya dibubuhi embel-embel
Sesuai dengan keadaan hati seseorang

Jika auraku terlihat menyeramkan bagi-hati yang takut-takut
Maka Aku dijuluki rumah hantu
Jika Aku dijadikan tempat membaca
Maka Aku disebut rumah baca

Nah..
Yang kasihan, ketika Aku disebut rumah sakit
Itu tandanya di setiap sudut ruanganku
Terdapat orang yang dirawat karena sakit
Sedihkan..

Oya.. Aku tidak punya orang tua dan anak
Tapi Aku punya keluarga
Keluarga yang menempati semua ruanganku

Semua orang pasti menginginkan Aku
Karena selain keberadaanku memang dibutuhkan
Akupun sering dinilai sebagai lambang kesuksesan seseorang

Yakin kan ?
Yakin !

Coba bayangkan andaikan ada orang yang tidak memiliki Aku
Yang membuat hidupnya terlunta
Tidur di bawah langit sebagai atapnya
Dan tanah bumi sebagai kasurnya
Miriskan..

Bisa hidup tapi tidak punya rumah
Maka dia termasuk dalam kategori terendah
Begitupun sebaliknya
Jika ada segolongan orang yang tidur di dalam bangunan megah
Maka bisa dipastikan nominalnya banyak

Semua orang seberapapun tingkat kemampuannya
Akan selalu memimpikan rumah
Rumah tempat beranak-pinak
Membangun pilar kemuliaan
Memantapkan pondasi iman sedari buaian

Sampai di sini dulu Aku bercerita
Karena Aku akan bersiap-siap membentangkan diri untuk Tuanku yang ingin pulang.

Rasau Jaya Kubu Raya Kalimantan Barat, 7 November 2018

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *