Di pinggiran sungai Serayu dilebatnya hutan pinus di kota Banyumas Jawa Tengah, lahirlah sepasang anak kembar perempuan yang diberi nama Darti dan Narti. Selang 1 jam setelah melahirkan Narti menghilang dikarenakan diambil oleh orang yang tidak bertanggung jawab dan dibawa ke kampung yang sangat terpencil.
Ayah dan Ibu dari Darti dan Narti segera meminta tolong kepada warga untuk mencari buah hatinya yang menghilang. Selama satu tahun Narti tidak ditemukan, lalu ayah Darti pun harus mengikhlaskannya.
Ayah dan ibu dari Darti dan Narti harus mengikhlaskan salah satu putri mereka yang bernama Narti. Narti hilang dan mereka berdoa agar putri mereka yang bernama Narti diasuh oleh orang yang bertanggung jawab dan dapat menyayanginya seperti anak sendiri.
Ibu Darti pun menangis sambil menuliskan isi hatinya di selembar kertas putih.
“Wahai anakku
Ibu sangat merindukanmu
Kau harus tumbuh menjadi anak yang kuat, baik dan cantik.
Maafkan ibumu yang tidak bisa menemukanmu.”
Ibu Darti menyimpan kertas tersebut dengan baik, kertas itulah yang bisa menyimpan rasa rindu seorang ibu. Kertas itu disimpan di dalam lemari yang dibungkus dengan amplop warna merah muda dengan motif hati yang berwarna merah.
19 Tahun Kemudian…
Darti dan Narti tumbuh besar dengan kecantikan yang sangat mempesona. Darti tumbuh dengan kemewahan yang ada di kota Banyumas. Sedangkan Narti tumbuh dengan kesederhanaan yang ada di gubuk ibu angkatnya yang bernama Shiha, yang dia tidak tahu kalau ibunya sebenarnya bukanlah Shiha.
Di dalam kehidupan, Darti bekerja di sebuah perusahaan yang mengurus masalah dokumentasi yang berada di kota Banyumas. Sedangkan Narti bekerja di Pasar Kroya sebagai tukang roti di sebuah toko roti.
Pada saat itu, Darti ditugaskan dari atasannya untuk membuat dokumentasi masalah penjualan roti yang ada di Pasar Kroya. Setelah Darti sampai di Pasar Kroya, Dartipun bergegas pergi ke toko roti yang ada di sebrang jalan Pasar Kroya.
Darti pun mewawancarai seorang penjual roti yang ada di toko roti tersebut yang bernama Narti, di benak Darti mengapa wajah penjual roti itu mirip dengan ku?. Dan di benak Narti, mengapa wajahnya mirip sekali dengan ku. Mereka berdua saling menatap dan mereka seakan-akan sedang berkaca di cermin.
Darti pun mengenalkan dirinya dengan sopan
“Assalmualaikum” salam Darti.
“Walalikumsalam” jawab Narti dengan sopan.
“Perkenalkan nama saya Darti, saya dari salah satu perusahaan yang berada di kota Banyumas. Bolehkah saya mewawancarai anda sebagai penjual roti ?” kata Darti. Narti pun menjawab “ baiklah”.
Setelah 30 menit Darti mewawancarai Narti, mereka berdua mengobrol santai dengan membicarakan pekerjaan, keluarga, berfoto, berbagi pengalaman dan hal-hal lainnya yang membuat mereka tertawa dan melupakan waktu. Mereka berdua baru pertama kali bertemu sudah sangatlah akrab dan mereka berdua menjadi sahabat.
Setelah Darti pulang ke rumah, Darti menceritakan pengalamannya yaitu bertemu dengan wanita penjual roti yang sangat baik dan wajahnya sangat mirip dengan Darti. Ibu Darti bertanya kepada Darti
“Siapakah nama perempuan penjual roti yang kau ceritakan?” tanya ibu,
“Perempuan penjual roti itu bernama Narti “
Ibunya pun terkejut dan terdiam atas jawaban anaknya yang bernama Darti. Dia ingat bahwa di tangan Narti terdapat gelang yang terbuat dari permata yang sangat indah yang bertuliskan “Darti-Narti”. Gelang itu berjumlah dua, Satu milik Darti dan satunya milik Narti. Di dalam benak Ibu Darti, ”Gelang itu bisa di jadikan barang bukti bahwa Narti itu adalah anakku yang telah lama hilang yang sedang dia cari selama 19 tahun.” Darti pun bingung dengan raut wajah Ibunya setelah Darti memberi tahu nama penjual roti yang ada di Pasar Kroya.
Pada keesokan harinya, Ibu Darti pun meminta Darti pergi ke Pasar untuk mencari alamat rumah Narti. Dengan segera Darti memenuhi permintaan Ibunya untuk mencari alamat Narti dan ada seribu kali pertanyaan yang ada dipikiran Darti.
Setelah Darti lama mencari alamat rumah Narti, akhirnya Darti menemukan alamat rumah Narti. Darti menemukan Narti dengan keadaan yang sedang tidak baik yaitu sedang menangis di depan rumahnya sendiri. Darti menghilangkan rasa penasarannya dengan bertanya kepada Narti
“Mengapa kau menangis di depan rumah kamu sendirian tanpa ada yang menemani?” tanya Darti. Narti pun terdiam sejenak lalu menjawab pertanyaan Darti
“Aku disiksa oleh Ibuku, aku disuruh mencuri barang orang lain yang bukan hak ku , aku disuruh mencuri agar Ibuku menjadi orang kaya. Sudah lama dia berangan-angan menjadi orang kaya yang disegani warga.”
Darti pun terkejut atas jawaban yang sudah diberikan Narti kepada Darti yang sangat mustahil seorang Ibu menyuruh anaknya sendiri untuk mencuri. Nartipun melanjutkan cerita yang ada di hatinya kepada Darti.
”Lalu akupun menolak permintaan Ibuku yang menyuruhku mencuri uang orang lain yang bukan milikku. Setelah aku menolaknya aku pun dipukul oleh Ibuku menggunakan pekat, sasaran pukulan Ibuku biasanya dibagian tangan dan kakiku.” Curhat Narti.
Mendengar ceritanya, Dartipun merasa kesihan. Dartipun bergegas membawa Narti pergi ke rumahnya untuk menyelamatkan Narti dari serangan Ibunya yang ingin memukulnya lagi menggunakan benda yang keras dan bila dipukul kearah badan akan terasa sakit, benda itu bernama “pekat”.
Setelah sampai di rumah Darti, Ibunya langsung memeluk Narti dan menangis dengan keras, karena perasaan rindu seorang Ibu kepada anaknya yang selama 19 tahun dia tunggu akhirnya sudah ditemukan dia berada didepan matanya sendiri.
Di dalam benak Darti bertanya-tanya mengapa Ibu langsung memeluk orang yang belum Ibu kenal dan mengapa Ibu menangisi orang yang Ibu belum kenal seperti menangis karena kisah Narti yang sangat memprihatinkan, tetapi perasan, aku belum memberitahukannya kepada Ibu ? tanya Darti dalam benaknya sendiri.
Narti pun tidak tahu mengapa dia dipeluk oleh Ibunya Darti yang dia sama sekali tidak mengetahui siapa wanita itu dan kapan dia berkenalan dengan wanita itu. Susul, Ayah Darti pun ikut memeluk Narti yang membuat Darti dan Narti merasa bingung atas perilaku Ayah Darti yang langsung memeluk Narti tanpa ada kata-kata yang keluar dari bibir Ayah dan Ibu Darti.
Darti menghilangkan rasa penasarannya dengan cara bertanya langsung dengan kedua orang tuanya yang bersikap aneh kepada Narti.
“Sebenarnya ada apa ini ?, aku sama sekali tidak mengerti dengan pelukan ini, dan tangisan ini ?” tanya Darti.
“Sebenarnya 19 tahun yang lalu Ibumu melahirkan dua orang bayi kembar yang bernama Darti dan Narti namun, setelah satu jam kemudian Narti diculik oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, Dan sekarang adikmu yang bernama Narti sudah ditemukan nak… untung saja ibumu langsung memberikan gelang kepada Narti pada saat dia ada di ruangan bayi”. Jawab ayah.
Darti pun tidak menyangka bahwa adiknya yang telah lama menghilang sudah ditemukan dengan cara yang tidak disengaja. Darti sangat bahagia sekali karena dia memiliki adik kembar yang sangat cantik dan baik.
Allah SWT sangat mudah membolak balikkan takdir kita, Karena jika Allah berkehendak maka terjadilah, tidak ada makhluk yang bias menentangnya. Kehidupan itu seperti air yang mengalir kita sebagai manusia ikuti saja apa yang dikehendaki Allah. Karena rencana Nya lebih indah.
Mohon Maaf bila cerita ini jauh dari kesempurnaan dan menyinggung para pembaca. Cerita ini hanya fiksi belaka. Jika ada persamaan nama, tempat, dan cerita maka itu ada unsur ketidak sengajaan.